Kamis, 22 Maret 2012

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN WIRAUSAHA DALAM PEMBELAJARAN IPS


Belajar Pengetahuan Sosial Membantu Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan Wirausaha

Oleh: Otih Yulie Susanti

BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) materi Pengetahuan Sosial merupakan materi yang terintegrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah. Materi tersebut meliputi: sosiologi-antropologi, geografi, sejarah, ekonomi, dan pendidikan kewarganegaraan. Sasaran kurikulum  tersebut mengarah kepada pendidikan yang digariskan dalam Undang-undang Pendidikan Nasional.
Pendidikan merupakan proses untuk membina dan mengantarkan anak didik untuk menemukan jati dirinya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Rumusan undang-undang tersebut memiliki makna yang cukup kompleks, untuk memenuhi tercapainya tujuan tersebut harus didukung oleh semua unsur dan memiliki tanggung jawab bersama. Kompleksitas rumusan tersebut mengarah kepada semua sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya penekanan nilai-nilai budaya yang disampaikan ke anak didik untuk menyongsong abad 21, salah satu contohnya budaya antikorupsi.
Upaya pemberantasan korupsi harus dilaksanakan sedini mungkin mulai dari sekolah tingkat rendah sampai perguruan tinggi dengan menerapkan mata pelajaran atau mata kuliah pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi bertujuan untuk mmberantas bibit korupsi yang secara tidak langsung sudah dialami oleh dan dinkimati oleh siswa. Muara korupsi berasal dari ketidakjujuran. Kejujuran perlu ditekankan agar siswa tidak terjangkit penyakit korupsi di masa yang akan datang. Korupsi yang sering terjadi pada anak didik antara lain: sering menyontek, sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, tidak bekrja sama dengan kelompoknya, dan masih contoh lain.
Selain itu upaya penekanan nilai-nilai budaya untuk anak didik adalah pendidikan wirausaha,  tujuan pendidikan wirausaha adalah mendidik siswa untuk menjadi manusia mandiri baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Pendidikan ini dapat dilakukan di sekolah melalui pelajaran Pengetahuan Sosial atau tersendiri melalui pelajaran Wirausaha.
Manfaat yang dapat dirasakan bagi siswa dalam mempraktekkan pendidikan wirausaha adalah:
-          siswa dilatih hidup mandiri
-          siswa dididik mengatur keuangan sendiri, mulai dari pengelolaan dana, pengelolaan keuangan, dan menentukan keuntungan.
-          Melatih siswa untuk menjadi wirausahawan yang tidak lagi tergantung pada pekerjaan yang diberikan oleh orang lain atau pemerintah.
-          Dapat membantu keuangan siswa.

Terbentuknya komite sekolah hendaknya mampu menjembatani dan menangani siswa yangtidak mampu, kondisi saat ini sebaliknya, komite membuat anggaran yang terkadang belum berpihak kepada siswa yang kurang mampu sehingga dapat menelantarkan jenjang pendidikan masyarakat miskin. Dengan adanya pendidikan wirausaha diharapkan dapat mampu membiaya sendiri bagi siswa yang kurang mampu khususnya dan bagi siswa pada umumnya. Komite sekolah hendaknya memberikan solusi untuk mengatasi siswa yang kurang mampu, misalnya menjadi fasilitator dalam pemberdayaan siswa untuk menjadi wirausahawan di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
  1. apa peran pendidikan dalam mempersiapkan anak didik menyongsong abad 21?,
  2. apa peran pelajaran IPS dalam mengupayakan pendidikan antikorupsi di sekolah?,
  3.  apa peran pelajaran IPS dalam membangkitkan motivasi peserta didik untuk menjadi wirausahawan?
Permasalahan tersebut dapat dipadukan dan diintegrasikan menjadi apakah peran pendidikan dalam mempersiapkan anak didik dalam menyongsong abad 21 terutama menjadi manusia yang antikorupsi dan memiliki jiwa wirausaha?.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pendidikan Pengetahuan Sosial
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pendidikan yang berbasis siswa, artinya bukan siswa yang menjadi obyek pendidikan tetapi siswa sebagai subyek pendidikan (student learner). Suriaatmadja mengartikan pengetahuan sosial sebagai studi mengenai interelasi ilmu-ilmu sosial dalam menelaah gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pengertian tersebut menuntut materi pengetahuan sosial peka terhadap gejala  sosial yang ada di masyarakat secara luas dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Materi pengetahuan sosial fleksibel tidak semata-mata mempelajari materi yang ada di buku melainkan mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Materi Pengetahuan Sosial di SMP meliputi:
a.      gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humanoria, pendidikan, dan agama.
b.      Materi kajian IPS berasal dari struktur keilmuwan geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, serta sosiologi yang dikemas sedemikian menjadi pokok bahasan atau tema tertentu.
c.      Materi IPS juga menyangkut masalah sosial yang dirumuskan melalui tema-tema dengan pendekatan interdisipliner dan mulitidispliner.
d.      Isi materi dapat menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan (N. Daljoeni, 1981).

Model pendekatan yang digunakan adalah:
  1. Pendekatan terpisah (separated subject approach) merupakan model tradisional, materi IPS diajarkan secara terpisah berdasarkan disiplin ilmu tertentu.
  2. pendekatan korelasi (correlated approach) dikenal juga dengan istilah pendekatan interdisipliner, pendekatan ini sebagai perpaduan atau gabungan setiap disiplin ilmu sosial yang diintegrasikan. Materi diambil dari cabang ilmu tertentu yang kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu lain.
  3. pendekatan integrasi (integrated approach), dalam pendekatan ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu expanding environment (lingkungan yang meluas), expanding community (masyarakat yang meluas), dan expanding thematical (tema yang meluas).
Gejala sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia yang sudah  membudaya dan mengakar adalah korupsi. Pemberantasaan korupsi harus dimulai dari membasmi bibit-bibit korupsi sehingga di masa yang akan datang korupsi sudah tidak ada di Indonesia. Pemberantasan menuntut peran guru untuk memulai dengan serius memberantasnya. Setiap pelajaran diharapkan menyelipkan materi antikorupsi kepada siswa, karena berdasarkan laporan Transparancy International (TI), Indonesia termasuk Negara yang terkorup di dunia.
Untuk menambah wawasan siswa, metode pengajaran IPS dapat dilakukan dengan memvariasikan metode, yaitu dengan metode observasi. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke dinas atau lembaga terkait. Dinas tersebut dapat dijadikan sebagai nara sumber, karena pengetahuannya lebih kompeten di bidangnya. Hasil yang dapat dicapai adalah:
  1. siswa lebih mudah menyerap pelajaran
  2. sebagai tambahan ilmu dan materi yang sesuai pokok bahasan.
  3. Mengurangi kejenuhan siswa, sehingga siswa tidak terpaku pada pembelajaran konvensional,
  4. Siswa lebih peka terhadap lingkungan,
  5. Siswa dapat pengalaman langsung.

B.   Pendidikan Antikorupsi
KTSP menekankan perlunya pendidikan yang secara langsung berinteraksi dengan anak didik, artinya apa yang diajarkan guru dapat dirasakan manfaatnya dan dapat diterapkan oleh peserta didik dan lingkungannya. Pendidikan antikorupsi adalah pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan materi dan proses belajar mengajar yang menekankan antikorupsi. Seluruh materi tersebut menjelaskan pengertian (konsep), contoh, perilaku, kegiatan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan korupsi.

Rancangan silabus pendidikan antikorupsi satu jam pelajaran dua minggu sekali dengan menggunakan jadwal upacara. Upacara tetap dilaksanakan tapi diselingi tiap minggunya dengan materi antikorupsi. Inti dari korupsi adalah kejujuran, kejujuran masyarakat indonesia secara umum sudah mulai luntur di berbagai kalangan masyarakat, untuk itu perlu upaya sedini mungkin untuk memulihkannya. Langkah pertama yang dilakukan mencakup tiga hal, yaitu pemberian materi, metode, dan indikator yang ingin dicapai. Materi disusun secara sederhana dan tidak terlalu detail dengan berbagai hukum dan teori, tetapi penekanannya pada praktek korupsi yang kerap dilakukan oleh siswa
Hambatan pemberantasan korupsi:
  1. korupsi sudah merasuk, sehingga sudah menjadi pola pikir dan perilaku.
  2. budaya mengabaikan yang kecil, kurang modal, dan termarjinalkan. Menurut Hobbes budaya ini disebut hommo hominilupus, manusia adalah srigala bagi manusia lain.
  3. dunia pendidikan tidak memiliki filosofi pendidikan dan kehilangan jiwa edukasional. Tirani bidang eksakta menuntun pengabaian bidang ilmu-ilmu sosial yang senantiasa berkembang. Indoktrinasi anti sosialis telah menciptakan sikap kurang menghargai ilmu-ilmu sosial, akibatnya dunia pendidikan, tranfer ilmu pengetahuan terlepas dari realita sosial dan lingkungan. Dunia pendidikan dituntun oleh pakar di luar bidangnya. Fenomena politik, ekonomi, dan gejala sosial kemasyarakatan seperti korupsi mestinya masuk dalam setiap satuan pelajaran agar siswa sadar bahwa mereka sedang menjadi korban kebijakan-kebijakan.
  4. lunturnya landasan bersama (common ground) dalam kehidupan berbangsa. Otonomi daerah dilepaskan dari jiwa nasionalisme, sehingga daerah lebih mementingkan daerahnya. Hal ini akan terasa dengan derasnya arus demokrasi yang tidak dilandasi nasionalitas dan solideritas sehingga orang yang berkuasa (pejabat daerah) mempertahankan kedudukannya. (Andreas Yumaga, Kompas, 17 Mei 2005).
Korupsi menjadi kebutuhan ganda orang yang dilayani dalam administrasi politik agar keinginan tercapai, kedua ia berhasil melawan sistem administrasi publik yang memenangkan perlawanan terhadap birokrasi tersebut. Bila berbicara korupsi di semua kalangan, dari rakyat kecil sampai pejabat terdengar aneh dan lumrah, karena masyarakat Indonesia sudah sangat akrab dengan korupsi. Apabila dibongkar kasus korupsi maupun diberikan saran atau masukan tentang kinerjanya, tidak sedikit pejabat tersinggung. Saran penulis untuk setiap pejabat harus menguasai Emotional Quotient (EQ). Menurut Daniel Goleman (1995) Emotional Quotient atau kecerdasan emosi terdiri dari 5  wilayah penguasaan, yaitu: mengenali emosi sendiri, mampu mengelola emosi sesuai dengan situasi dan kondisi, bisa memotivasi diri dengan emosinya, bisa mengenali emosi orang lain, mampu membina hubungan baik dengan orang lain. (Sarlito Wirawan, kompas, 07/05/2005).



Tamsil korupsi:
    1. Grease the wheel: korupsi sebagai pelumas yang mempermulus roda birokrasi
    2. Sand in the machine: korupsi seperti pasir di dalam mesin yang justru mengganggu kinerja mesin. Hal ini terjadi apabila birokrat dilayani oleh sogokan secara simultan dan kontiyu ia akan menuntut.
    3. Rovong bandit: birokrat korup beraksi seperti merampok korbannya, setelah merampok satu korban ia akan mencari mangsa lain.
    4. stationary bandit; koruptor tidak bodoh, perampok yang cerdas tidak akan merampok habis korbannya tetapi perlahan-lahan.
Dari uraian tersebut wabah korupsi yang terjadi di Indonesia sudah merajalela, sehinga perlu penanganan yang serius, untuk itu sekolah dituntut perannya untuk memberikan materi pendidikan antikorupsi.

C.   Pendidikan Wirausaha
Wirusaha sering disebut wiraswasta, terjemahan dari entrepeneurship. Secara etimologis, wiraswasta merupakan istilah yang berasal dari kata wira (berani, utama, atau perkasa) dan swasta (swa=sendiri, sta=berdiri). Jadi yang dimaksud wiraswasta adalah mewujudkan aspirasi kehidupan mandiri dengan landasan keyakinan dan watak luhur (PS:13, modul Pengetahuan Sosial, Depdiknas 2004).

Ciri-ciri wirausahawan:
  1. mempunyai kepribadian yang kuat
  2. memiliki sikap mental wirausaha
  3. memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan
  4. memiliki keterampilan wiraswasta
  5. memiliki kemampuan untuk mencari informasi.

Pendidikan wirausaha di lingkungan sekolah
Sekolah sebagai sarana belajar bagi siswa diharapkan mampu mempersiapkan siswa agar kelak mampu hidup mandiri. Kemandirian hidup harus dipesiapkan sedini mungkin, dipelajari, dibiasakan, dipratekkan oleh siswa, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Persiapan manusia wirausaha adalah dalam segi penempaan sikap mental wirausaha, yaitu terletak pada penempaan semua daya kekuatan pribadi manusia untuk menjadikannya dinamis dan kreatif di samping mampu berusaha untuk hidup maju dan berprestasi. Dengan pendidikan wirausaha di sekolah diharapkan mengurangi penggangguran, karena siswa telah dibekali keterampilan. Walupun sekolah telah berupaya semaksimal mungkin tanpa di dukung oleh semua pihak, pendidikan wirausaha tidak akan berhasil. Pada prakteknya ditemukan berbagai kendala antara lain:
  1. sekolah menghadapi anak yang perkembangannya telah dibentuk oleh keluarga, dimana setiap keluarga memiliki karakter yang berbeda.
  2. Antar sekolah dan keluarga sering terdapa perbedaan konflik pendapat dan keinginan mengenai masa depan anak.
  3. Sekolah mengemban misi yang sangat berat, karena disamping diberi kepercayaan dari pihak keluarga untuk memberikan bekal hidup pribadi anak, juga mengemban misi dari pemerintah untuk mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.
Selain hambatan tersebut, perkembangan pendidikan saat ini sudah mengarah kepada kompetensi. Pendidikan wirausaha dapat dijadikan alternatif untuk mewujudkan kurikulum tersebut, kurikulum yang berbasis kepada kompetensi yang dimiliki siswa dan berbasis kepada masyarakat.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah harus dibenahi, meliputi;
  1. Pembenahan proses pembelajaran di sekolah,
    1. Pembenahan guru (perbaikan kualitas guru)
proses belajar mengajar yang masih menggunakan tradisi lama harus diperbaharui dengan pendidikan berbasis kepada siswa, guru tidak hanya sebagai memberi informasi melainkan sebagia fasilitator siswa. Sifat guru yang statis dalam pembelajaran harus diubah menjadi dinamis dan kreatif dalam rangka mengembangkan potensi diri anak.
    1. Pembenahan terhadap sitem bimbingan belajar
bimbingan belajar secara klasikal yang sudah dilaksanakan, kurang memperhatikan perbedaan individual siswa. Kondisi ini mengahambat perkembangan siswa yang seharusnya dinamis dan kreatif. Untuk itu  diperlukan beberapa ahli dalam rangka pelaksanaan bimbingan belajar secara individual

    1. Pembenahan dalam metode mengajar    
metode mengajar yang biasanya digunakan guru (ceramah) haurs divariasikan. Tujuannya agar siswa tidak jenuh, menggali potensi siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa dan mengembangkan pemikiran siswa dengan menganalisis materi yang disampaikan guru.
  1. Pembenahan dalam pengorganisasian pengalaman belajar
Pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan cara membentuk unit-unit tertentu. Unit belajar merupakan gabungan setiap mata pelajaran yang diintegrasikan menjadi satu pengalaman belajar. Sebagai contoh: unit wirausaha ssebagai bagian dari pelajaran ekonomi dapat dikaitkan dengan pelajaran pembukuan, geografi, PPKn, matematika, sosiologi  dan seterusnya.
  1. Pembenahan dalam kurikulum pendidikan formal
pembenahan kurikulum bukan berarti merombak kurikulum secara total, melainkan pembenahan yang mengarah pada penanaman jiwa wirausaha pada siswa yang dapat dlilakukan dengan melengkapi materi kurikulum yang telah ada dengan bidang stufi kewirausahaan dan mengintegrasikan ciri-ciri jiwa wirausaha dalam pembelajaran.
  1. Pembenahan dalam proses kelompok
Kelompok siswa yang ada dikembangkan dan dikemas agar bervariasi, karena aktifitas belajar siswa dipengaruhi oleh perasaannya tentang diri sendiri dalam hubungannya dengan guru-guru maupun teman-temannya. Pendidikan kewirausahaan sudah masuk dalam materi pelajaran IPS untuk kelas VII (tujuh). Kondisi yang terjadi pada proses pembelajaran sekarang ini guru hanya menyampaikan materi melalui teori-teori yang ada tanpa diikuti pelaksanaan prakteknya. Praktek wirausaha dapat mendidik siswa untuk mengelola dan melaksanakan  kegiatan wirausaha sehinga siswa menjadi kreatif, inovatif, dan hidup mandiri yang dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Kegiatan wirausaha di sekolah dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa dan guru. Interaksi antara siswa dan guru semakin kuat, sehingga siswa lebih terbuka baik dalam dalam hal pelajaran maupun masalah pribadi siswa. Contoh pelaksanaan yang telah dilakukan penulis dengan cara siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-10 orang, masing-masing kelompok membuat program, meguumpulkan dana, menentukan jenis komoditas perdagangan, dan pembagian tugas kerja. Setelah diberi penjelasan tentang mekanisme kerja kelompok, siswa mempraktekkannya. Setelah selesai siswa membuat neraca laporan laba rugi. Sebagai tahap berikutnya kegiatan ini dapat bermanfaat untuk membantu siswa yang  kurang mampu dalam pembiayaan sekolah. Siswa  tersebut dilibatkan untuk menggelola usaha, laba usaha tersebut digunakan untuk membantu siswa yang kurang mampu.  
Dengan pembenahan tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada pembentukan watak atau kepribadian siswa menjadi lebih mandiri dalam hal keilmuwan, mampu berdiri sendiri dengan wiraswasta, dan menjadi manusia yang antikorupsi dengan bekal pendidikan antikoruspsi yang didapat dari sekolah, sehingga manusia  di masa yang akan datang menjadi manusia yang jujur.
BAB III
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan studi mengenai interaksi ilmu-ilmu sosial dalam menelaah gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. IPS juga merupakan integrasi dari ilmu-ilmu sosial, seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Dalam mempelajari IPS dilakukan berbagai model pendekatan, yaitu: pendekatan terpisah (separated subject approach), pendekatan korelasi (correlated approach), dan pendekatan integrasi (integrated approach).
Pendidikan antikorupsi belum diajarkan secara spesifik di sekolah, KBK memberikan peluang untuk materi pendidikan antikorupsi, model pembelajarannya dapat dilakukan dengan memasukkan pendidikan antikorupsi ke bidang Ilmu Pengetahuan Sosial atau sebagai materi tersendiri.
Pendidikan wirausaha merupakan penempaan mental semua daya pribadi untuk maju dan berprestasi. Dalam pendidikan ini perlu diterapkan baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan pembenahan meliputi: pembenahan dalam proses belajar mengajar (pembenahah guru, pembenahan sistem, dan pembenahan metode), pembenahan pengorganisasian dan pengelolaan belajar, pembenahan dalam kurikulum pendidikan formal, dan pembenahan proses kelompok.



B. Implikasi
Pembelajaran IPS dapat diintegrasikan dengan materi pendidikan antikorupsi. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan dari hal-hal yang kecil sampai ke hal yang besar. Prakteknya dapat dilakukan dengan menggabungkan melalui materi IPS tersebut. Pelajaran IPS, pendidikan antikorupsi, dan pendidikan wirausaha dapat diintegrasikan menjadi satu. Contoh yang dapat dilakukan yaitu siswa membuat kantin kecil atau warung sekolah, megelola usaha tersebut dengan modal yang dikumpulkan secara bersama, kemudian siswa diharapkan secara bersama menerapkan pendidikan wirausaha dan pendidikan antikorupsi dengan bekerja penuh kejujuran. Sekolah dapat menerapkan pelajaran antikorupsi yang diprogramkan melalui pelajaran muatan lokal maupun digabungkan dengan pelajaran lain.
Pendidikan wirausaha dapat mencetak siswa untuk hidup mandiri, kreatif, dan inovatif, sehingga lulusan (output) tidak lagi menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, karena output tersebut dapat hidup mandiri dengan menciptakan lapangan kerja sendiri.
Sekolah mampu menjadi organisasi kredibel dan mampu bersaing seperti lembaga-lembaga lain yang dapat memuaskan pelanggan (custumer satisfaction). Sekolah mampu menumbuhkan kepercayaan pengguna jasa pendidikan (stakeholders trust)




C.   Saran-saran
  1. Dinas Pendidikan perlu menekankan materi pendidikan antikorupsi di setiap sekolah.
  2. sekolah diharapkan mampu menyediakan sarana untuk kegiatan pendidikan anti korupsi dan pendidikan wirausaha serta memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam rangka mengembangkan kegiatan belajar mengajar.
  3. guru hendaknya lebih memvariasikan metode mengajar yang diselingi dengan praktek kerja siswa tidak hanya pada LKS.
  4. Sekolah hendaknya memberdayakan masyarakat dalam keterlibatannya pada proses pendidikan,
  5. Siswa perlu mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai aktifitas dalam kegiatan ekstrakurikuler dan sekolah harus bersedia memfasilitasinya.










DAFTAR PUSTAKA
Djunatan, Sthepanus. ”Korupsi bak Jejaring”, Kompas (Jakarta), 16 Mei 2005.
Daldjoeni, N. (1992), Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek, Alumni: Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Materi Pengetahuan Sosial (PS-01).
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Pendidikan Kewirausahaan (PS-13).
Dewan Perwakilan Rakyat (2003). Undang-undang No. 20. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Harry Seldadyo. ”Korupsi dan Pertumbuhan”, Kompas (Jakarta), 18 Mei 2005
Sarwono, Sarlito Wirawan. ”Kecerdasan Emosi Politisi”. Kompas, 7 Mei 2005.
Sugita, M. Basuki. “Pendidikan Antikorupsi di Sekolah”. Kompas, 9 Mei 2005.
Yumarna, Andreas. “ Nasionalisme dan Pemberantasan Korupsi”, Kompas, 17 Mei 2005.


Rabu, 21 Maret 2012

Pelatihan Pengoperasian Komputer dan Internet dalam Pembelajaran Dinas Pendidikan Provinsi Banten

Teknologi Informasi dan Komunikasi di era globalisasi sekarang ini mengharuskan guru dan siswa berperan aktif di di dunia maya untuk membawa perubahan positif bagi lingkungan, negara dan dunia umumnya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang digunakan guru dalam pembelajaran jika dikemas dengan kreatif  dan inovatif dapat membawa perubahan pada siswa dalam hal keilmuwan.
Pembelajaran dengan penggunaan TIK bagi guru non TIK diharapkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran meningkat, sehingga Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi Banten mengadakan Pelatihan Pengoperasian Komputer Dan Internet untuk Pembelajaran pada tanggal 20-22 Maret 2012 di hotel Marbella, Anyer Serang Banten.

KARYA SISWA


MELY DAN PERI PELANGI
PELAKU :
Mely                   :  Gadis yang sedang sedih karena hujan tidak datang setelah
                              berhari-hari
Peri Hujan        :  Peri yang sangat ramah
(Mely mengobati rasa sedihnya, Ia pergi ke kebun untuk menyiram tumbuhan)
Mely                   : “Astaga Peri Kecil ?“ (sambil memfokuskan penglihatannya)
                             “Siapa kamu?” (Mely takjub)
Peri Hujan        : “Aku Peri Hujan” (jawab Peri Hujan dengan ramah)
Mely                   : “Apa yang kau lakukan di sini?“
Peri Hujan        : “Aku sedang menghirup udara segar“
                             “Kau mau mendengar kisah hidup kami ?
                             (Mely mengangguk, dan Ia masih takjub)
Kami hidup di dalam tanah. Makanan sehari-hari kami tetesan air hujan, meski sebenarnya aroma hujan pun sudah membuat kami kenyang. Kami membantu akar-akar menyerap air supaya tanah dan memanggil Peri Embun dari dalam daun. Dengan bantuan kamu, para Peri Embun akan membuat pelangi yang sekaligus adalah makanan mereka. Jika hujan tidak turun tidak ada makanan untuk kamu. Badan kami pun tidak akan kuat menembus tanah basah dan naik untuk memanggil Peri Embun. Kami akan terus terkurung di dalam tanah. Karena Peri Embun hanyalah setitik embun kecil, tanpa bantuan kami tidak bisa membuat pelangi. Tidak ada makanan, bangsa Peri Embun akan mati.”
Mely                   :”Bagaimana aku bisa membantumu? “(Mely bertanya)
Peri Hujan        :”Carikan hujan untukku”(Peri Hujan meminta kepada Mely)
Mely                   :”Aku tak bisa”(Mely mengeluh)
                          “Tapi Aku bisa menyemprotkan air dari selangku”
Peri Hujan        :”Tidak Bisa.” (Peri Hujan menggelengkan Palanya).
                            “Kami Membutuhkan makanan yang alami dari hujan. Yang Turuh dari awan. Sebenarnya Kami bisa memakan air selangmu, Tapi tidak baik untuk kesehatan kamu”.(Jawab Peri Hujan).

PEMBELAJARAN SOSIODRAMA